Minggu lalu, sebuah pesan masuk di WA-ku. Dari anak muda bernama Berton Pakpahan. Minta aku jadi pembicara di acara launching bukunya.
Siang itu, mereka datang ke rumah. Membawa sebuah buku setebal 112 halaman. Dan kami pun ngobrol singkat padat. Ternyata dia masih kuliah di Sosiologi USU. Orangtuanya tinggal di Pangaribuan, Taput.
"Aku gak tahu apa ini layak disebut novel, kak," ujarnya padaku.
"Ah, yang penting kau sudah berhasil menulis sebuah buku. Tidak seperti kami, yang terus bermimpi dan gemar menunda. Menua tanpa karya," jawabku menyemangatinya. Buatku, tak boleh membunuh yang sedang tumbuh.
Tapi saat aku membaca buku ini, jujur aku terkesima. Aku terhenyak.
Anak muda belia ini tidak sedang menulis novel romansa khas drama Korea. Pikirannya melompati usia dan zamannya. Gaya penuturannya singkat padat, tapi kaya sudut pandang. Sudut pandang seorang sosiolog.
Nanti sore, di Literacy Coffee, pukul empat sore ada acara launching bukunya, sekaligus diskusi mengupas novel berjudul Manusia Ambang Batas ini.
Yuk, kita ramaikan. Kutunggu kau di situ!
Jangan sampai kau tak datang. Sudah rindu aku jumpa samamu...
Bawa duitmu ya, biar kau beli buku keren ini.
Sumber : Facebook Sri RM Simanungkalit
1 Komentar
♥️♥️♥️♥️♥️
BalasHapus