SANG DIKTATOR
*James Perangin
MENJERIT LANTANG
Sabda pertama
Darrrrr....... (bingung ini cocoknya duar, dar atau jedar)
Langit memekik dengan amarahnya
Mengundang sang khalik dengan air mata
Burung malam memandu langkah letih ke peraduan
Mengepalkan sayap putih melintas jauh demi si buah hati
Ikan ikan menari dengan lihai
Anak anak bercanda ria dengan polosnya
Telah basah oleh gerimis yang merintih
Pepohonan saling bergandengan
Telah datang sang hujan kehidupan
Sabda kedua
Waktu, jelmaan roda yang berputar
Hari berganti minggu
Minggu berganti bulan
Bulan berganti tahun
Pepohonan menari dan saling bergandengan
Dengarkan suara dawai sang angin
Pembunuh telah letih dan lesu
Menumpuk ranting yang berserakan
Api menyala marah
Kini telah tandus hidupmu
Sabda ketiga
Tak ada lagi kegagahan disana
Di kota bising, pabrik dan kendaraan bergema
Dalam pekatnya asap yang dihasilkan oleh mobil berpendingin udara
Berjejer merayap pelan dalam ritme yang sama
Mengkilat membelah kepadatan kota
Batuk...
Bayi kecil menjerit
Menangis dalam pekikannya
Tak ada kehidupan dalam dirinya
Ibu tua sekarat
Semua dengan kesibukannya
Tak satupun peduli bahkan sekedar melirik
Ikan ikan mengapung
Hidupnya kini penuh warna yang menyengat
Terbuang di tengah genangan air kotor pada selokan
Nampak kumuh tiada lagi bersih tertata rapi
Sabda keempat
Gubuk reot permukiman masyarakat
Kertas tipis menjadi alas tempat ia bermimpi
Sepanjang sungai hunian amat penuh
Gubuk derita sang tulus
Tak suka dengan sambutan sang hujan
Semua menjadi musuh untuknya
Sebab keselamatan kan dipertaruhkan
Gubuk itu
Ah, mata tajam tak lalai darinya
Sabda kelima
Dari rakyat untuk rakyat
Katanya dalam seruan itu
Wakil rakyat wakil koruptor
Tak lagi ada hati yg terpakai
Dipersidangan malah molor
Hidupnya penuh kemewahan
Ini republik para diktator
Rakyat melarat
Wakilnya menyayat
*James Perangin-angin Merupakan Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Elektro ITM, aktif di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
0 Komentar